Bahkan ketika ujian akhir semester belum usai, otakku udah dipenuhin sama rencana Eurotrip. Maklum, aku baru pertama kali ke Eropa. Aku mencoba menghubungi teman-teman dan
menanyakan rencana liburan mereka. Barangkali kami bisa travelling
bersama, daripada pergi sendiri-sendiri.
| Reichstag |
Kebetulan Fene, temanku di Dortmund,
menawarkan untuk ikut tripnya ke Praha, Republik Ceko. Fene ke Praha bukan untuk traveling sebenernya, melainkan untuk menghadiri konfrensi HABITAT yang diadain UNESCO. Karena aku kepingin banget ke Praha, aku terima tawarannya. Setelah dari Praha, kami berencana melanjutkan ke negara tetangga: Hungaria, tepatnya di Budapest. Lalu tiba-tiba Dini, temenku di Bremen, juga nawarin ikut student-trip ke Italy, pas sehari
setelah aku pulang dari Budapest. Tadinya dari Budapest ini rencananya aku akan ikut Fene ke Dortmund dulu sebelum pulang ke Bremen. Aku sempat ragu sih. Mepet ga ya?. Sebenernya meeting point student trip ini ada di Hannover yang ga terlalu jauh juga dari Dortmund, jadi aku bisa langsung aja berangkat dari rumah Fene. Tapi jadinya ga sempet re-packing dulu di Bremen. Kebetulan trip ini tergolong murah, € 227 untuk 4 kota di Italy, sudah termasuk hotel, transportasi & breakfast. Tapi setelah dipikir panjang akhirnya aku terima tawarannya Dini.
Aku ga langsung berangkat ke Praha dari Bremen. Aku sengaja mampir Berlin dan Dresden dulu untuk ketemu teman yang tinggal di Berlin, baru lanjut ke Praha. Jadi... in total Eurotrip ini memakan waktu 2 minggu full. Dari Berlin, Dresden,
Praha, Budapest, Dortmund, lalu lanjut Venezia, Firenze, Roma, dan berakhir di
Milan. Sangat sangat sangat melelahkan sejujurnya. Tapi puas lah alhamdulilah. Untuk trip Praha-Budapest dan Italy aku tulis di postingan yang berbeda ya. Kali ini aku mau bercerita tentang Bremerhaven, Berlin dan Dresden.
Bremerhaven, Sabtu, 12 Maret 2016
Sehari sebelum memulai rangkaian Eurotrip, aku menyempatkan main ke museum
Klimahaus di Bremerhaven. Klimahaus adalah salah satu museum kebanggaan kota
Bremerhaven, kota yang masih masuk wilayah Bremen. Cuma 1 jam-an perjalanan menuju kota ini dari Bremen menggunakan kereta. Bremerhaven sesuai namanya adalah kota pelabuhan (haven artinya pelabuhan, jadi kalau digabung artinya pelabuhannya Bremen), jadi letaknya dekat dengan laut Utara. Rencana kunjungan ini
spontan sebetulnya, antara aku, Dini dan Mba Nina ketika kami sedang demo masak
bakso di apartemen Dini. hehe. Kami tidak
mengeksplore kota Bremerhaven karena seharian berada di dalam museum. Dan ga banyak juga yang bisa kuceritakan dari museum ini sebetulnya. Seperti namanya,
Klimahaus membawa suasana aseli iklim yang berbeda-beda dari berbagai negara,
beserta fenomena kehidupannya. Tiket masuk Klimahaus € 15, tapi untuk
pelajar hanya € 11.
Berlin, Minggu, 13 Maret 2016
Karena Praha letaknya di sebelah timur Jerman, jadi aku sengaja mampir Berlin dulu yang merupakan ibukota Jerman. Aku emang niat untuk mampir Berlin karena temanku Rara selalu memaksaku datang ke kotanya ini. Minggu siang aku
berangkat ke Berlin via Hamburg naik Flixbus. Cukup murah, cuma € 8 sajah.
Perjalanan dari Hamburg-Berlin memakan waktu 3 jam. Aku tiba di Berlin
Zoobiologische Garten sekitar jam 16.00 dan menunggu jemputan Rara yang akan
menampungku selama 2 malam di Berlin. Sekilas Berlin seperti Jakarta. Kota besar,
ramai dan gemerlap. Jadi mengeksplor Berlin dalam sehari rasanya mustahil.
Seperti kota-kota di Jerman pada umumnya, city center bisa dijangkau dengan
jalan kaki dari Hauptbahnhof (Hbf) alias stasiun utama. Jadi kalau mau oneday trip, Hbf bisa jadi
starting point.
Dari Hauptbahnhof, tempat pertama yang bisa dikunjungi yaitu Reichstag atau
gedung parlemen yang menjadi icon Berlin. Sayang aku ga bisa masuk ke dalamnya.
Konon interiornya cantik. Dari Reichstag ini kita bisa menyusuri Tiergarten
yang luas, yang akan menggiring kita ke Brandenburg gate. Nah dari Brandenburg
gate ada jalan terkenal bernama den Linden yang menghubungkan Brandenburg
dengan Alexander platz. Di sepanjang den Linden ini kita akan menemukan barisan
museum dan bangunan-bangunan kuno nan megah; Berliner Dom, Pergamon museum, Humbolt
University, dan sampai di Alexander Platz nanti kita bisa menemukan Alt Rathaus,
Radio tower, dan Sinselmuseum atau museum island. Sebenernya icon utama Berlin adalah
tembok berlin, tapi aku malah gak sempat kesana. Aku sempat mencari Checkpoint
Charlie (crossing point tembok berlin antara Jerman Barat dan Jerman Timur). Tapi sayangnya aku malah nyasar (atau menyasarkan diri.
![]() Berliner Dom Brandenburg Gate Pergamon museum Humbold university merupakan salah satu universitas top di Jerman di bidang ilmu hukum dan politik |
Dresden, Selasa, 14 Maret 2016
Seorang teman ada yang bilang bahwa Dresden adalah salah satu kota tercantik di Jerman Timur. Makanya, sebelum menuju Praha aku sengaja menyempatkan diri mampir ke Dresden karena rutenya searah. Ga pake nginep, cuma half-day trip aja. Bis ku berangkat jam 7.00 pagi dari Berlin ZOB
am Funkturm. Membutuhkan perjalanan yang cukup jauh dari rumah Rara menuju ZOB.
Aku berusaha bangun sepagi mungkin supaya ga terlambat. Tapi sayangnya, aku
terlambat DUA MENIT, sementara bis Student-Agency melenggang manis di depan hidungku
(welcome to the ontime-country). Argh. Aku tau harga tiketnya ga mahal-mahal amat sih, cuma € 5. Tapi kan kesel aja. Akhirnya aku beli tiket bis
lagi on the spot. Kali ini aku naik bis Euroline seharga € 7.
Tepat jam 10.00 aku tiba di Dresden Hbf Bayrische strasse. Aku punya
beberapa jam untuk keliling Dresden sebelum bis Student-Agency membawaku ke
Praha. Aku lalu menitipkan backpack ku di locker Hbf (€ 3) dan berjalan
menuju city center. Buatku pribadi, kalau Berlin is adorable, maka Dresden is
stunning. Dresden yang mendapat julukan a jewel box, kerap menjadi tempat
transit dari Berlin menuju Praha atau sebaliknya. Jarang menjadi tujuan utama.
Mungkin karena Dresden ga seterkenal Berlin atau Praha. Tapi sebagai the capital
city of Saxony, sebenarnya Dresden has a long history as royal residence for
king of Saxony. Makanya kita akan disuguhkan arsitektur bangunan yang stunning.
Dalam satu hari kita bisa mengeksplor city center yang sarat akan bangunan historikal, seperti:
Zwinger,
the Saxon Royal Palace
Zwinger adalah sebuah istana yang dibangun oleh
Agustus the Strong, yang kembali setelah melihat istana Versailles milik Louis
XIV dan menginginkan istana yang sama untuknya. Zwinger dibangun atas kerjasama
arsitek Mätthaus Pöppelmann dan pematung Balthazar Permoser.
![]() |
| Zwinger |
Frauenkirche
Dianggap sebagai Dresden’s most beloved symbol, Frauenkirche
merupakan gereja protestan sakral dengan arsitektur terbaik dan konon katanya Dom
terbesar di Eropa. Di depan gereja tersebut berdiri patung Martin Luther King.
Hofkirche
Hofkirche atau dikenal sebagai Dresden cathedral. Gereja
katolik yang dianggap sebagai one of Dresden’s most dazzling buildings, yang
dibangun sebagai rival gereja protestan Frauenkirche.
Semperoper
Semperoper ini adalah salah satu opera house paling terkenal di Jerman.
![]() |
| Semperoper |
Sebenernya ada banyak lagi sih tempat menarik lain, tapi sayangnya waktuku ga banyak. Oiya, aku pernah denger kalau beberapa orang Jerman Timur masih agak konservatif, rasis dan kurang terbuka dengan turis. Temen-temenku bahkan heran aku berani ke Dresden sendirian. Aku bukannya sok berani sih, tapi emang ga tau begitu kondisinya. Tapi sejauh aku jalan-jalan sendiri di Dresden, alhamdulilah aman-aman aja.
Okay, time to leave Dresden to catch my bus to Prague.
Okay, time to leave Dresden to catch my bus to Prague.











No comments:
Post a Comment