Sunday, May 29, 2016

Eurotrip: Praha

Setelah sebelumya aku posting tentang trip di Dresden, postingan kali ini tentang trip di Praha, yang merupakan lanjutan dari Dresden. Aku melanjutkan perjalanan malam ke Praha dari Dresden naik bis Student-Agency. Perjalanannya ga terlalu lama. Sekitar 2 jam. Aku berangkat dari Dresden hbf jam 17.50 dan tiba di Prague ÚAN Florenc jam 20.00. 


Church of Our Lady before Týn

Prague-Czech Republic, Selasa, 14 Maret 2016

Aku dan Fene sepakat untuk bertemu di hotel Bílá labuť di Praha. Aku menginjakkan kaki di terminal Prague ÚAN Florenc jam 20.00, disaat kota Praha sudah gelap. Aku benar-benar gak tau sedang dimana dan harus kemana. Gak ada internet dan pulsa untuk menghubungi Fene. Hanya mengandalkan gps ponsel yang gak update (karena gak ada jaringan internet). Plus aku gak punya uang Crona (mata uang Czech Republic). Aku gak menukar uang di Dresden karena fee charge-nya terlalu mahal. Jadilah aku yang lemah dalam membaca peta ini menyusuri kota Praha mencari hotel Bílá labuť (Na Poříčí 23, Praha 1) tempatku menginap selama di Praha. Dan setelah berputar-putar dan bertanya-tanya selama setengah jam akhirnya aku menemukan hotelku. Siang harinya aku baru sadar, semalam aku tersesat terlalu jauh, karena jarak dari terminal ÚAN Florenc ke hotel ternyata sangat dekat! My stupidity. As always.

Hotel tempatku menginap sungguh murah untuk ukuran hotel bintang 4, seharga €15/malam/orang sudah termasuk sarapan. Sebagai perbandingan, di Bremen hotel dengan standar yang sama bisa seharga € 70. Makanan di Praha juga tidak terlalu mahal dibanding Jerman. Tapi aku tidak menemukan makanan khas Praha yang menarik (pada akhirnya kami selalu berakhir di restoran Vietnam yang enak dan murah di dekat hotel). Untuk transportasi, Praha punya jalur transportasi yang bagus (baik underground ataupun tram). Tidak terlalu memusingkan bagi turis. Walau terkadang kereta atau tramnya banyak yang sudah tua (berbeda dengan Jerman yang serba baru). Dan sayangnya terkadang orang-orang tidak patuh rambu lalu lintas dalam menyebrang (ishh, i am being Germanized!).

Btw, sedikit cerita dibalik Praha ini. 

Praha menempati urutan pertama dalam bucketlist tripku. Aku sangat ingin pergi ke Praha setelah melihat film Nic & Mar, saat keduanya sedang berjalan melewati Charles Bridge, kemudian Nic mengucapkan sebuah quote dari Franz Kafka, “He who seeks doesn’t find, He who doesn’t seek will be found”. Kafka adalah penulis fiksi yang lahir dan besar di Praha  dan aku adalah pengagum Kafka. Kebetulan Fene berencana ke Praha sendirian untuk menghadiri konferensi Habitat III yang diadakan UNESCO. Aku tidak terlalu tertarik akan konferensi tersebut, aku lebih bersemangat menemani Fene di Praha. Aku ikut apply konferensi itu karena dapet free meal aja hehe. Lagipula gratis pendaftarannya. Awalnya aku gak berharap apapun, eh ternyata sebagai peserta konferensi aku malah mendapat free goodybag berisi usb, notes dan free daily ticket transportasi untuk 3 hari! Jadi aku ga perlu beli tiket tram selama di Praha. Bahkan di hari terakhir ada free city tour ke kota Karlovy Vary. Nice. Cara hemat traveling! Haha. Lebih seru lagi karena Mas Handi, Yani dan Gilang (sahabat-sahabatku dari Bonn) pun akhirnya join berlibur di Praha.


Kota Praha dari atas bukit
Praha adalah ibu kota Czech republic. Kota kecil yang cantik dan turistik. Meskipun kotanya kecil, namun setiap sudut kota menawarkan keeksotisan khas Eropa Timur (Czech Republic juga punya banyak kastil). Selama di Praha kami hanya mengunjungi tempat-tempat yang mudah dijangkau dari hotel, karena kebetulan hotel kami terletak di tengah pusat wisata (kami benar-benar traveler pemalas). Kami bahkan mengelilingi kota dengan menyewa mobil antik, hanya karena sopirnya peranakan Indonesia-Czech yang fasih berbahasa Indonesia, dan ngakunya penyanyi yang akan duet dengan Rossa di Jakarta. Jadi dengan alasan sebangsa-setanah air, kami pun terima tawaran jasa guidance keliling kota dengan harga diskon (€ 12 perorang untuk trip selama 1 jam).


Our fancy car with our cool driver, Remi

Tempat-tempat terkenal dan wajib dikunjungi di Praha:

Di old town square kita bisa melihat Church of Our Lady before Týn yaitu gereja kuno banget yang bentuknya seperti benteng, yang menjadi icon kota Praha. Di lokasi yang sama juga ada Astronomical Clock yang berumur 600 tahun.  Astronomical clock ini berdentang setiap jam, dan setiap jam itu pula orang-orang akan berkumpul di depannya dan menunggu miniatur patung santo keluar dari tower memberi berkah sebagai pergantian jam. Uniknya, jam kuno ini masih menggunakan sistem mekanik yang aku ga paham gimana cara bekerjanya. Kita bisa naik ke tower astronomical clock  ini untuk melihat panorama kota Praha. Kami sempat naik ke atas tower bermodalkan tiket gratis sebagai peserta konferensi hehe (harga tiketnya sendiri berkisar 10-15€); lalu kalau kita berjalan menuju sungai Vltava ada Prague Castle yang sekarang menjadi tempat tinggal resmi presiden Czech, merupakan istana kuno terluas di dunia; lalu ada Charles Bridge yang membelah sungai Vltavadan menghubungkan old town dengan Prague Castle; lalu ada juga Vyšehrad a hystorical fort yang berdiri di bukit sepanjang sungai Vltava, dan ada museum Kafka tentunya.


Astronomical clock


Charles Bridge yang membelah sungai Vltava dan Prague Castle yang berdiri di belakang Vyšehrad 

Buatku pribadi, aku paling suka Charles Bridge. Mungkin karena saat itu suasana romantisnya kena banget. Aku berada di sana ketika hari sudah gelap, dan banyak lampu kelap-kelip menerangi pemandangan sekitar jembatan, dimana kita bisa memandang Vyšehrad dan Prague Castle yang megah dan terang dari kejauhan, suasana makin romantis ketika seniman violin jalanan memainkan musik-musik klasik. Berada di tempat romantis bersama sahabat-sahabat yang asik merupakan moment terbaik selama travelling di Praha (meskipun sebenernya kami tidak banyak mengeksplorasi kota Praha dan hanya makan di restoran Vietnam favorit dekat hotel hehe).  

Charles Bridge dengan background Prague castle


Si kacamata mejeng di Charles Bridge (taken by Gilang Aria Seta)
Hari terakhir di Praha, hanya tinggal aku, Fene dan Gilang. Mas Handi dan Aryani sudah pulang ke Bonn. Kami melanjutkan perjalanan ke kota tetangga; Karlovy Vary mengikuti rombongan tour konferensi. Kota yang terkenal akan spa-nya ini dikaruniai sumber air panas alami. Kota kecil yang cantik. Selain disuguhi fancy lunch khas kota ini dan short tour keliling kota, kami juga diberi goodybag (lagi!) hehe. Nice. Sore harinya kami kembali ke Praha untuk mengambil barang-barang kami yang dititipkan di hotel. Kami meninggalkan hotel pukul 22.00 untuk mengejar jadwal bis yang akan membawa kami ke Budapest pukul 23.00.

Karlovy Vary with Fene

No comments:

Post a Comment