Snowy Teerhof,
Akhirnya bisa leyeh-leyeh di pojok favorit ku di apartemen Teerhof, setelah sebelumnya hektik ujian dan jadi tim sukses doctoral defense mba Asti. Dan mumpung ada waktu, kali ini aku pengen nulis tentang study di Jerman, khususnya tentang program studi ku, International Studies in Aquatic Tropical Ecology (ISATEC). Aku tau, hal pertama yang terlintas dipikiran orang adalah kenapa belajar tropical aquatic ecology di negara temperate. Lucu memang. Mungkin Australia lebih prospektif karena sesama negara tropis (James Cook University & University of Queensland mungkin pakarnya), tapi sayangnya aku tidak ditakdirkan untuk mendapat beasiswa kesana.
Sejarahnya, program ISATEC diprakarsai oleh suatu institusi riset yang bernama Leibniz-Zentrums für Marine Tropenforschung (ZMT) dengan Universität Bremen. Fokus Institusi riset ini yaitu penelitian dibidang ekologi perairan tropis. Itulah mengapa hampir seluruh dosen ISATEC adalah peneliti-peneliti ZMT, dan sebagiannya lagi adalah dosen universitas.
|
Doctoral defensenya Mba Asti
![]() |
| Bersama keluarga Cator di kantor ZMT (after party doctoral defense) |
Di Jerman, 4 kota terbaik untuk belajar marine science yaitu di Bremen (termasuk Bremerhaven), Hamburg, Kiel dan Rostock. Mungkin karena letaknya yang berdekatan dengan Nordsee alias Laut Utara. Salah satu indikator suatu universitas itu bagus untuk belajar marine science adalah kalau universitas tersebut berintegrasi dengan institusi-institusi riset yang fokus pada marine research, yang biasanya letaknya saling berdekatan dalam satu kawasan technopark. Kalau di Universität Bremen ada ZMT, MARUM & Max-Planck Institute, maka Bremerhaven punya Alfred-Wegener-Institut (AWI), Rostock punya Leibniz-Institut für Ostseeforschung Warnemünde (IOW), Kiel punya GEOMAR, dan Hamburg punya banyak, salah satunya Federal Maritime and Hydrographic Agency of Germany (BSH).
| Mejeng depan MARUM bersama ketua Geotek LIPI & ketua P3GL, mas Riza, kang Ucup & Mba Meity. |
Kembali ke ISATEC, hal utama yang membedakan ISATEC dengan program studi master lain
seperti Master of Marine Science di Uni Bremen adalah sistem perkuliahannya,
yang aku breakdown jadi beberapa
poin:
1. ISATEC menggunakan sistem block, dimana kita ga bisa milih mata kuliah, semua materi udah default. Biasanya dalam 1 bulan kita hanya fokus pada 1 modul yang biasanya terdiri dari 3-4 mata kuliah dengan tema yang similar (jadi dalam 1 minggu kita belajar 1 mata kuliah). Kuliah berlangsung dari pagi sampai sore yang dilaksanakan setiap hari. Lalu di akhir bulan diadakan ujian untuk 1 modul tersebut (3-4 mata kuliah
sekaligus dengan durasi sekitar 3 jam). Pokoknya tangan keriting deh. Dan
grading hanya berdasarkan ujian,
meski setiap hari akan ada kerja kelompok dan presentasi, itu ga akan dinilai. Tapi latihan ini penting supaya kita familiar untuk tampil di forum.
2. Perkuliahan di kelas hanya dilakukan pada semester 1
& 2, karena pada semester 3, mahasiswa diwajibkan field survey ke negara tropis untuk mengumpulkan data thesis, lalu semester 4 digunakan untuk
analisis data, menulis thesis, seminar hasil dan defense. Itulah mengapa, mata
kuliah semester 1 & 2 bejibun, masing-masing semester bisa sebanyak 14 mata kuliah!
Semua mata kuliah wajib diikuti, ga ada yang namanya mata kuliah pilihan.
Dan mahasiswa wajib menyelesaikan kuliah dalam waktu 2 tahun. Tidak boleh
molor!
3. ISATEC adalah bagian dari ZMT. Oleh karena
itu, banyak praktikum dilakukan di lab ZMT, penelitian thesis kebanyakan adalah
bagian dari project-project ZMT, anak-anak ISATEC bebas memanfaatkan fasilitas
ZMT, ikut seminar mingguan yang diadakan ZMT, dan bahkan diundang
party-party yang diadakan ZMT.
4. ISATEC berada di bawah fakultas Kimia dan
Biologi – Universität Bremen, namun kami difasilitasi ruang kuliah khusus sendiri. Jadi setiap hari kami kuliah di ruang kelas ini. Cukup lengkap, mulai dari sofa, akuarium, laptop, kulkas, mesin pembuat
kopi, sampai microwave.
5. ISATEC merupakan
salah satu program yang masuk framework pendanaan DAAD. Bagi yang ga tau,
DAAD dalam bahasa inggris yaitu German Academic Exchange Service. Suatu wadah milik pemerintah Jerman yang
memberikan funding terkait
pertukaran akademik bagi negara-negara berkembang. Di Indonesia, Regional
Office nya ada di Jakarta. Kebetulan aku kuliah dengan funding dari DAAD ini.

Kuliah biogeochemical cycling dengan Tim Jennerjahn (pembimbing aku btw).
![]() |
| Kuliah Physical Oceanography Dengan Benjamin Rabe dari AWI. |
cozy corner nya kelas ISATEC
Presentasi sendiri dikala dosennya ga dateng. Di hari terakhir sebelum liburan natal.
Lab activities, some works were done in ZMT, some were in Max-Planck Institute
(pictures were taken using Nathalie's camera).
Jerman adalah negara yang mengedepankan kualitas pendidikan. Hampir semua
universitas di Jerman adalah public
university. Kalau beberapa tahun lalu hanya program berbahasa
jerman aja yang digratiskan, maka sekarang kelas internasional pun digratiskan
(khusus public
universities). Well, not practically
free, karena student masih diharuskan membayar semester ticket sebesar 282 € (atau sekitar Rp. 4.300.000) per-semester yang sebenernya diperuntukkan
sebagai tiket terusan transportasi (berlaku selama 1 semester). Dengan semester
ticket ini, student bisa menggunakan
fasilitas transportasi gratis (baik untuk tram, bis maupun kereta) di dalam
kota. Bahkan tiket berlaku untuk perjalanan kereta sejauh cakupan Bündesland atau Federal State.
Contohnya pemegang semester ticket Uni Bremen, tiket tersebut berlaku untuk
perjalanan kereta sejauh cakupan Niedersachsen (ke Hamburg, Hannover, Bremerhaven,
dll), namun ketika berada di dalam kota tetangga itu, harus tetap membeli tiket. Anak
Bremen tetap harus menghargai otoritas Pemda Hamburg atau Hannover, dan
sebaliknya. Tapi beda Bündesland/Federal State beda aturan. Contoh untuk student di Bündesland NordRhein-WestFallen (NRW) seperti Bonn, Dusseldorf, Köln, Münster atau Dortmund, semester ticket mereka berlaku di semua kota yang masuk cakupan NRW (termasuk dalam kota). Bahkan diatas jam 19.00, semester ticket bisa berlaku untuk 2 orang.
Menjadi student di Jerman benar-benar “dimanja”. Salah satu yang aku
acungkan jempol adalah sistem akses online nya. Setiap student biasanya mendapat
akun untuk bisa mengakses wifi kampus (eduroam) dan untuk mengakses sistem online akademik. Biasanya materi-materi kuliah
bisa didownload di situs akademik ini. Akun tersebut juga terkoneksi langsung dengan Bibliothek (perpustakaan), yang artinya student bisa mengakses jurnal berbayar langganan universitas lewat laptop masing-masing. Setiap kampus di Jerman punya jaringan wifi yang sama (eduroam), jadi akun wifi eduroam bisa digunakan di seluruh kampus di Jerman. Aku juga suka perpustakaan kampusnya. Aku suka
menghabiskan waktu di sini. Mungkin perpustakaan Uni Bremen ga semegah
dan se-iconic perpus UI, tapi bisa dipastikan cozy luar biasa.
![]() |
| Ruangan depan Staads Bibliothek Universitat Bremen. |
|
mensa uni Bremen dekat gedung NW1
|
![]() Kafetaria di gedung GW2 |
Sebagai salah satu leading country di Uni Eropa, Jerman minim inflasi, dan
perekonomiannya relatif stabil (contohnya, besaran beasiswa yang aku peroleh
(2015) dengan tahun-tahun sebelumnya (2009) tetap sama, hahaha..). Jerman is bike-friendly, pedestrian-friendly, handycab-friendly, dan setiap kota biasanya ada Bürgerpark alias taman kota dan kawasan greenpark lainnya. Fokusnya udah bukan di food security kaya Indonesia dan developing countries lainnya. Fokusnya udah ke kualitas hidup. Hampir 100% sumber energinya berasal dari renewable and clean energy. Teknologinya canggih, dan mereka sangat bangga menggunakan produk dalam negeri (which are mostly emang high quality). Selain itu Jerman termasuk
negara dengan biaya hidup paling rendah dibanding negara Uni Eropa lainnya, dan
Bremen termasuk kota dengan biaya hidup lebih murah dibanding kota-kota besar
lainnya di Jerman. Maka berterima-kasihlah pada buruh-buruh Jerman yang rela gaji bulanannya dipotong 45% (margin teratas) untuk pajak negara demi membiayai semua fasilitas yang sudah kuceritakan di atas. Swedia adalah negara dengan tax income terbesar di dunia (margin teratas mencapai 57%).
Jalur sepeda yang setiap hari kulewati menuju kampus
Bürgerpark
Oke, mungkin yang kutulis banyakan enaknya. Yang ga enaknya juga ada. Salah
satunya, buat mahasiswa Indonesia yang cenderung pasif dan santai, kuliah di
Jerman akan terasa sangat challenging! Harus
mampu berpacu mengikuti ritme perkuliahan yang cepat dan dinamis. Terutama
karena teman-teman yang lain sangat aktif, kreatif, kritis dan memiliki kemampuan multibahasa
yang bagus banget. Tapi pokoknya saranku setiap mengalami krisis percaya diri, inget-inget bahwa speed doesn't matter, forward is forward. No matter how slowly you are, as long as you don't stop!



















No comments:
Post a Comment