Sunday, March 22, 2015

Germany here I come



Membuka kembali buku kursus bahasa Jerman ku “Deutsch-Warum Nicht?”. Buku berumur 15 tahun yang aku dapatkan dari Deutsche-Welle Jakarta. Saat itu ketika aku masih SMP, aku mendengarkan siaran radio tentang belajar bahasa Jerman, salah satu program yang dibuat Deutsch Welle – Goethe Institute. Karena aku terkesima, aku mengirim surat ke Deutsch Welle meminta untuk dikirimkan satu kopi buku latihannya. Lalu mereka mengirimkan buku itu untukku secara gratis. Ya ampun rasanya seneng banget. Dengan buku itu aku belajar bahasa Jerman, dan menciptakan mimpi baru untuk bisa kuliah ke Jerman suatu hari nanti.
Agustus 2014, tepat aku mengabdi di kantor selama 3 tahun, syarat minimum seorang pegawai boleh mengajukan Tugas Belajar (TB). Akupun mulai mencari kesempatan studi. Or should I say, kesempatan rehat dan pergi sejenak dari suasana kantor yang membangkitkan kenangan akan mantan haha. Aku cuma kepingin suasana baru. Seperti quote yang pernah bilang, "in every situation, u've got to remember to ask urself 'am i happy?'. If the answer isn't absolutely, then distance urself and try something new" .

Sebetulnya aku pingin kuliah di Jogja atau Bandung aja. Ga terlalu jauh juga ga terlalu dekat. Aku bahkan udah survey ke UGM. Aku ga terlalu bermimpi untuk studi ke luar negeri. Tapi kayanya salah kalau aku ga memanfaatkan kesempatan yang ada. Jadi aku apply apapun yang bisa ku apply. Baik Jogja, Bandung, Australia atau Jerman, biarlah Allah yang menuntunku.

Akibat kesibukan di kantor, aku ga sadar kalau sudah menjelang closing date untuk apply beasiswa Jerman dan Australia. Panik. Aku belum punya nilai ielts, modal utama apply beasiswa. Aku ga punya pilihan lain selain nekat tes ielts. Beneran nekat karena aku belum pernah tes ielts sebelumnya, dan cuma punya sisa waktu 2 minggu untuk belajar. Aku belajar mati-matian dari buku, karena aku ga mau 2,3 juta yang sudah kubayar untuk tes ielts terbuang percuma. Dua minggu aku cuma berkutat dengan buku latihan ielts, baik di kereta, di toilet, sebelum tidur, di meja kerja, di food court, dimana-mana deh pokoknya. Tapi selain usaha, tentunya aku barengi dengan doa yang super kenceng. Alhamdulilah aku mendapatkan nilai yang bahkan aku pun terkesima. Tiketku studi di luar negeri. 

Singkat cerita, aku dapat undangan interview untuk beasiswa Australia dan Jerman. Pihak Jerman yang menelponku lebih dahulu. Langsung dari Jerman. Aku ga akan pernah lupa moment interview itu. Hari jumat. Jam 3 sore. Di kantor. Di suatu ruang kosong kecil. Aku duduk di bawah kolong meja. Siap dengan kertas berisi kisi-kisi, segelas air minum, dan charger hp (untung ga via skype). Interview beasiswa pertamaku.  Sedangkan interview dengan Australia dilakukan di kantor IALF, Kuningan, bersama banyak kandidat lain. 

Aku ga lolos beasiswa Australia. Sementara kabar dari Jerman juga ga kunjung datang. Such a loooong wait and depressing. Aku udah mau memulai pencarian beasiswa lain dan daftar ke UGM saat itu, sampai e-mail itu pun tiba di hari jumat. E-mail dari Jerman. Too good to be true.. but I GOT IT!! Aku dikasi kesempatan studi ke Jerman.. Alhamdulilah..  Mimpi masa kecilku baru saja terwujud. 

Bagiku, ini kado ulang tahun terkeren yang pernah kudapat.

Allah knows what is the best for you and when is the best time for you to have it.

1 comment: