Wednesday, December 5, 2012
Saturday, July 7, 2012
Ungkapan Cinta
"Aku mencintaimu karena hal-hal kecil yang kau lakukan. Tepukan di
kepalaku apabila pidatoku buruk, secangkir teh di tengah sibuknya
bekerja, menjadi orang satu-satunya yang mengatakan aku mirip karung
kentang jika memakai kaos hijau.
Dan hal-hal besar: memberi semua yang terbaik dalam kehidupanmu, bersama-sama membagi kebahagiaanku, menghiburku disaat aku gagal, dan memberiku kekuatan"
Dan hal-hal besar: memberi semua yang terbaik dalam kehidupanmu, bersama-sama membagi kebahagiaanku, menghiburku disaat aku gagal, dan memberiku kekuatan"
-Helen Thomson-
"If I wanted to write about love, I swear that my first love poem would be about you.
About how I love you the same way i learned how to ride a bike, scared..but recless..
With no training wheels or elbows pads, so my scars can tell the story of how i felt about you..."
-Rudi Francisco-
Renungan Indah
WS. Rendra
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya: mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika: aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih. Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
konon ditulis oleh WS Rendra di rumah sakit sebelum beliau meninggal
Renungan: Jalan yang tak kutempuh
Dua jalan bercabang dalam remang
kehidupan. Sayang aku tak dapat menempuh keduanya. Aku berdiri lama. Memandang ke satu jalan sejauh aku bisa. Kemana kelokannya mengarah
dibalik semak belukar. Kemudian aku memandang jalan satunya.
Jalan yang bagus, segar, dan mengundang, meski tapak-tapak telah melewatinya,
juga merundukkan rerumputannya.
Dan pagi itu keduanya sama2 membentang.
Kuputuskan, ku ambil jalan pertama untuk kali ini. Meski tahu semua jalan berkaitan, aku ragu akan pernah kembali.
Aku akan menuturkan sambil mendesah suatu saat nanti;
'dua jalan bercabang di hutan kehidupan, dan aku menempuh jalan yg jarang dilalui. Dan itu mengubah segalanya'.
Dan pagi itu keduanya sama2 membentang.
Kuputuskan, ku ambil jalan pertama untuk kali ini. Meski tahu semua jalan berkaitan, aku ragu akan pernah kembali.
Aku akan menuturkan sambil mendesah suatu saat nanti;
'dua jalan bercabang di hutan kehidupan, dan aku menempuh jalan yg jarang dilalui. Dan itu mengubah segalanya'.
--Robert Frost (1916)
Puisi: SPASI
Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah Ia bermakna apabila tak ada jeda?
Dapatkah Ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang makin berdekatan, tapi Ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu..
Nafas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi..
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali..
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah..
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang..
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat, janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung..
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring..
Taken from 'Filosofi Kopi'
by Dewi Lestari
Indotrip: Fortune Favours The Bold
Bold atau Brave adalah kata yang pas untuk melukiskan petualanganku disepanjang tahun 2011. Beberapa kunjungan memang pure liburan, tapi sebagiannya lagi dalam rangka kerjaan. Whatever the reason, yang penting traveling, hehe… Btw, beberapa foto di bawah aku ambil menggunakan kamera monolog Eximus White.
1. Karimun Jawa (Januari)
Karimun Jawa yang mempesona. Rasa lelah karena perjalanan panjang menuju Karimun Jawa (10 jam darat, 6 jam laut) terbayar setelah melihat keindahan alamnya. Ini termasuk petualanganku yang cukup berani, karena aku cuma berangkat berdua sama Tina, naik bis malam dari terminal Lebak Bulus dan sampai Jepara jam 3 pagi buta (bingung mau kemana, akhirnya kita numpang istirahat di Masjid Jepara), lalu jam 07.00 lanjut naik kapal ferry. Awalnya aku ingin ke Karimun bertepatan dengan malam tahun baru, tapi karena suatu hal kami putuskan untuk menunda beberapa hari, yang ternyata adalah keputusan yang sangat tepat. Karena pulaunya sudah sepi dari turis, jadi serasa milik pribadi, hehe.
Subscribe to:
Comments (Atom)
